Kemarin, aku sengaja membaca puisi yang engkau tulis dengan segenap perasaan.
Puisi itu jelas bukan untukku dan tidak tertuju kepadaku, sama seperti biasanya, sama seperti puisi-puisimu lainnya. Tetapi seperti sebelum-sebelumnya, aku selalu menunggu tulisan tulisan barumu dan akan selalu setia membaca puisimu.

Aku juga kurang mengerti kenapa aku bisa menjadi pembaca setiamu, aku juga tak memiliki alasan mengapa puisimu selalu, selalu dan selalu berhasil menarik seluruh perhatianku, seluruh pikiranku, bahkan seluruh hatiku. 
Mungkin karena penulisnya adalah dirimu.
Iya mungkin memang benar seperti itu.

Seperti katamu dalam sebuah puisi yang kau tulis dalam secarik kertas, semua orang sudah tidak menyukai yang murni-murni. 
Dan benar katamu, bila yang murni-murni akan selalu kalah dan akan selalu tergantikkan oleh adanya rasa.
Rasa yang membuat kita berbeda, rasa yang membuat kita melupakan kemurnian, rasa yang membuat ada jarak diantara kita.
Tetapi rasa hanyalah rasa, yang diciptakan untuk melengkapi yang murni, diciptakan untuk melengkapi perjalanan hidup ini. 
Rasa tak bisa kita salahkan karena kehadirannya memang tak pernah salah. Dan mungkin engkau juga lupa, bahwa ada aku disini yang masih menyukai yang murni-murni sama sepertimu.
Jadi tak perlu beritahu nonamu itu untuk tidak menjadi manis, karena sebenarnya disini ada aku yang sesuai dengan keinginanmu.


Yogyakarta, 13 Desember 2018
- Penciptailusi



Aku menulis ini hanya untuk membalas sebuah puisi yang sengaja kubaca kemarin. mungkin tulisan ini juga tak akan pernah berhasil ditemukan oleh sang pencipta puisi. Tetapi tak apa, setidaknya aku pernah menulisnya.

posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Welcome Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Post

About Me

Daffodil Blog
Lihat profil lengkapku

Blogger news

Blogger templates

Blogroll

Followers


Recent Comments